31 Maret 2021
Yagin, Jakarta – Dari berbagai macam gangguan pada ginjal, Gagal Ginjal Kronis merupakan masalah yang perlu diwaspadai. Gagal ginjal kronis merupakan penurunan fungsi ginjal di batas normal. Organ Ginjal pada pengidap penyakit ini tidak bisa lagi menyaring kotoran, mengontrol air dalam tubuh, hingga mengatur kadar garam dan kalsium dalam darah. Alhasil, zat-zat metabolisme yang tak berguna akan menetap dan mengendap di dalam tubuh, sehingga membahayakan kondisi tubuh.
Baca juga: Gagal Ginjal Akut atau Gagal Ginjal Kronis, Mana yang Lebih Berbahaya?
Untuk menangani gagal ginjal kronis sebenarnya bisa melalui berbagai cara. Tapi, untuk pengidap yang sudah berada pada stadium lima, penanganannya dengan mengganti tugas ginjal dalam tubuh. Caranya, bisa dengan dialisis (cuci darah) atau transplantasi ginjal.
Lalu, apa perbedaan dari dua hal tersebut?
1. Metode Dialisis
Dialisis merupakan penyaringan limbah dan cairan dalam tubuh dengan mesin atau memanfaatkan rongga perut. Dialisis dalam rongga perut dengan menggunakan cairan dialisis untuk menyerap cairan atau limbah yang berlebih. Metode ini juga disebut dengan continuous ambulatory peritoneal dialysis atau CAPD.
Sedangkan dialisis yang dilakukan dengan mesin, dikenal dengan hemodialisis atau terapi cuci darah. Pada dasarnya, tubuh kita secara alami didesain untuk mampu melakukan cuci darah secara alami. Tapi, ada kalanya karena masalah medis tertentu tubuh tak lagi bisa melakukannya proses tersebut. Karena itu, diperlukan bantuan alat medis untuk melakukannya.
Baca Juga: Seperti Inilah Mesin Hemodialisa yang Sesuai Standar, Apakah Merek Berpengaruh?
Cuci darah merupakan prosedur yang dilakukan untuk membuang limbah berbahaya di dalam tubuh. Normalnya, proses ini dilakukan secara alami oleh ginjal.
Proses hemodialisis dimulai dengan membuat akses dari pembuluh darah melalui operasi. Tujuannya untuk mengeluarkan darah dari tubuh, kemudian dialirkan melalui tabung ke dalam dializer (ginjal buatan) untuk dibersihkan. Proses ini biasanya dilakukan sebanyak 3 kali seminggu dengan durasi cuci darah 3–5 jam per tindakan.
Meski bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, namun cuci darah tidak lepas dari efek samping pengobatan. Beberapa komplikasi Hemodialisa yang perlu diwaspadai adalah penurunan tekanan darah, anemia, kram otot, kesulitan tidur, gatal-gatal, peningkatan kadar kalium dalam darah, depresi, dan inflasi membran di sekitar jantung.
2. Transplantasi Ginjal
Metode cangkok ginjal atau transplantasi ginjal merupakan langkah medis yang dipakai untuk menangani kondisi ginjal yang sudah tak berfungsi dengan baik. Lewat metode ini dokter akan melakukan pembedahan untuk mengganti ginjal yang telah rusak dengan ginjal sehat dari pendonor.
Salah satu cara mendapatkannya bisa melalui pendonor yang masih hidup. Pendonor ini biasanya dari keluarga atau teman, namun bisa juga dari orang lain yang ingin memberikan ginjalnya dan siap hidup dengan satu ginjal di tubuhnya dengan syarat dan ketentuan yang berlaku pada hukum Undang-undangan Dasar yang diterapkan di Indonesia.
Baca juga: Ketahui Proses Transplantasi Ginjal dan Kehidupan Pendonornya
Selain itu, ginjal juga bisa diperoleh dari orang yang baru saja meninggal yang telah mewariskan organ tubuhnya untuk kepentingan medis. Nah, kebanyakan kasus donor ginjal berasal dari mereka.
Setelah pengidap gagal ginjal kronis mendapatkan ginjal dari pendonor, mereka akan menjalani rangkaian tes medis. Tujuannya untuk memastikan ginjal tersebut cocok dengan golongan darah dan jaringan tubuh. Ini demi mencegah kemungkinan terjadinya penolakan tubuh terhadap ginjal tersebut.
Sumber: halodoc.com
Edit by: Risma Andira