gambar oleh: www.mskcc.com
Yagin – Jakarta, Hemodialisa atau hemodialisis merupakan terapi cuci darah di luar tubuh. Terapi ini umumya dilakukan oleh pengidap masalah ginjal yang ginjalnya sudah tak berfungsi dengan optimal. Pada dasarnya, tubuh mansua memang mampu mencuci darah secara otomatis, tapi bila terjadi masalah pada ginjal, kondisinya akan lain lagi.
Ginjal sendiri merupakan organ yang punya peran amat vital dalam tubuh. Organ ini bertanggung jawab untuk penyaringan darah. Selain membersihkan darah dalam tubuh, ginjal juga membentuk zat-zat yang menjaga tubuh agar tetap sehat. Namun, pada pengidap penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal, organ ini sudah tidak bisa berfungsi dengan baik.
Kondisi di ataslah yang membuat tubuh membutuhkan proses cuci darah menggunakan bantuan alat medis. Dengan kata lain, dalam kondisi ini, hemodialisa menggantikan peran ginjal ketika organ tersebut sudak tidak mampu bekerja secara efektif.
Baca juga: Apa yang Akan Terjadi Apabila Telat Cuci Darah?
Cara Kerja Hemodialisa
Untuk melakukan hemodialisa, prosesnya akan dibantu menggunakan mesin canggih dan khusus untuk menggantikan ginjal yang rusak agar tubuh bisa menyaring darah. Mesin ini berperan sebagai ginjal artifisial (ginjal buatan) yang dapat menyingkirkan zat-zat kotor, garam, serta air berlebih yang ada di dalam darah pengidap.
Dalam proses ini, pembuluh darah pasien akan dimasukkan jarum oleh petugas medis. Tindakan ini bertujuan untuk menghubungkan aliran darah tubuh pasien ke mesin pencuci darah. Setelah itu, darah kotor akan disaring dalam mesin pencuci darah. Setelah proses penyaringan usai, selanjutnya darah yang bersih akan dialirkan ke dalam tubuh pasien.
Cuci darah dengan menggunakan metode hemodialisa menghabiskan waktu sekitar empat jam per sesi. Dalam seminggu, pengidap perlu menjalani setidaknya 3 sesi dan hanya bisa dilakukan di klinik cuci darah atau rumah sakit.
Baca juga: Mungkinkah Sakit Ginjal Tanpa Cuci Darah?
Efek Samping
Peran hemodialisa memang amat sangat vital, menggantikan fungsi ginjal untuk menyaring tubuh. Namun, bukan berarti proses ini bebas efek samping. Dalam beberapa kasus, hemodialisa bisa menimbulkan efek samping, seperti kram otot atau kulit gatal.
Tak hanya itu saja, dalam beberapa kasus cuci darah juga bisa menimbilkan efek samping seperti perut terasa penuh, atau kenaikan berat badan karena cairan dialisat yang digunakan menggandung kadar gula tinggi.
Siapa yang Membutuhkan Hemodialisa?
Hemodialisa ini umumnya dilakukan oleh mereka yang mengidap penyakit jantung kronis atau gagal ginjal. Pada pengidap gagal ginjal, hemodialisa ini dilakukan karena ginjal sudah tak bisa berfungsi dengan baik lagi. Dengan kata lain, bila penyakit ginjal sudah sangat parah, melewati titik ketika ginjal tak sanggup lagi bekerja dengan optimal, maka seseorang memerlukan hemodialisa.
Baca juga: Sebelum Hemodialisa, Persiapkan Hal-hal Berikut
Seseorang bisa memulai hemodialisa ketika dirinya memiliki gejala gagal ginjal seperti mual, kelelahan, tingginya tekanan darah, atau hingga pembengkakan pada tungkai. Di samping itu, tes laboratorium juga bisa menentukan perlu atau tidaknya seseorang menjalani hemodialisa. Bila tes laboratorium menunjukkan tingkat limbah beracun yang tinggi dalam darah, hemodialisa perlu dilakukan.
Bila berbicara waktu, kapan waktu yang tepat untuk memulai terapi ini bergantung pada banyak hal. Contohnya, bergantung pada tingkat energi, usia, hasil tes laboratorium, kesehatan secara keseluruhan, hingga keinginan untuk berkomitmen pada rencana perawatan.
Di Mana Hemodialisa Bisa Dilakukan?
Terapi hemodialisa atau cuci darah ini hanya bisa dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas hemodialisa atau klinik khusus cuci darah. Pastikan hemodialisa dilakukan oleh tenaga ahli yang bersertifikat.
Sumber: Halodoc.com Edit by: Risma Andira